Wednesday, December 9, 2015

Tuesday With Morrie - Pandangan Hidup dengan Perspektif Berbeda (Bagian II)

Buat kalian yang belum baca bagian I, harap dibaca dulu biar nyambung. Buat yang uda baca bagian I, tetap stay tune yaa.. gue bagi dalam 2 post biar ga bosen bacanya hihi... Setiap pelajaran yang diberikan Morrie, gue hubungkan langsung ke kehidupan gue sehari-hari. Kalau mau dapat Quotes nya aja gausa baca bagian kehidupan gue wkwkwk, #biar makin penasaran...

Semua quotes yang gue tulis disini sedikit mengalami perubahan dalam struktur kalimatnya tetapi tetap dalam arti dan makna yang sama. Buat kalian yang suka baca novel tentang biografi, ini salah satu buku yang rekomen buat kalian. Yang gue tulis disini hanya sebagian kecil dari kutipan kalimat-kalimat yang menyentil menurut gue :) Stay Tune !

PERTEMUAN KEDELAPAN - Kami Bicara Tentang Uang
"Tahukah kau bagaimana cara orang menajalani cuci otak? Mereka dipaksa mendengar sesuatu yang sama berulang-ulang. Dan itulah yang tengah terjadi di negara kita. Memiliki harta itu baik. Memiliki uang banyak itu baik. Memliki tanah banyak itu baik. Komersialisasi itu baik. Terus-menerus dari waktu ke waktu sampai tidak seorang pun berani berpikir berbeda. Kebanyakan orang begitu terbius dengan semua ini, sampai tidak memiliki perspektif tentang apa yang sesungguhnya paling penting. Kita tidak dapat menukar cinta, kelembutan, keramahan, atau rasa persahabatan dengan harta benda."
Kepedulian, kesediaan bercerita dan tentang mencari makna hidup. Abadikan dirimu untuk mencintai sesama, abdikan dirimu kepada masyarakat sekitar, dan abdikan dirimu untuk menciptakan sesuatu yang mempunyai tujuan dan makna tertentu.

Kembali untuk hidup sederhana sih pada intinya dan perhatikan lingkungan kita. Sekedar mengunjungi dan mengobrol dengan nenek, atau saudara yang sudah lansia bisa menjadi sangat berarti buat mereka. Kadang kala gue suka kangen sama tante, nenek atau bahkan teman yang sudah lama tidak berkomunikasi dengan gue. Dalam hati menanyakan kabar mereka, atau mgkin berkunjung. Gue sih merasa senang dan puas dalam hati kalau bisa bertemu dengan sahabat atau saudara. Jangan-jangan gue juga haus akan cinta itu sendiri lagi haha.. Jadi mungkin ini salah satu alternatif untuk memberi dan mendapatkan kehangatan dan perhatian itu :)

PERTEMUAN KESEMBILAN -  Kami Bicara Tentang Cinta yang Tak Padam
(Pg 144) Belajar memperhatikan dan menghargai kehadiran yang seutuhnya. Begitu banyak orang dengan masalah yang jauh lebih ringan begitu sibuk dengan diri sendiri, mata mereka langsung mengembara padahal kita mengajaknya bicara belum sampai tiga puluh detik. Sudah ada sesuatu yang lain dalam pikiran mereka, teman yang akan di teleponnya, fax yang harus dikirimkan dll. Sedangkan Morrie sungguh-sungguh mendengarkan seseorang tanpa mencoba menjual sesuatu kepada mereka, mengambil sesuatu dari mereka, menarik mereka atau mengharapkan suatu status sebagai imbalan. Aku percaya banyak tamu dalam bulan-bulan terakhir masa hidup Morrie tertarik kepadanya bukan karena perhatian yang ingin mereka berikan kepadanya, melainkan karena perhatian yang diberikan Morris kepada mereka.

I am such a good listener, you know.... gue senang kok dicurhatin. ketika memang gue lagi senggang gue akan senang utk menjadi tong sampah buat kalian yang membutuhkannya. Hahah Sorri ya "kalao lagi senggang" soalnya gue bukan Morrie sih. Tapi ada kalanya tiba2 saudara atau teman curhat ke gue. Ternyata sehabis membaca tuturan Morrie di atas, gue berasa kalao seseorang yang mau mendengarkan adalah seseorang yang tidak dengan mudah dapat kita temui. Wes balik ke gue sendiri aja de haha, kalau lagi sedih sepi sendiri pengen curhat atau cerita kadang sulit loh nemuin temen setia yang mau jadi tong sampah gue haha. Ya ga bisa salahin orang lain juga, mereka juga bosan denger curhatan gue.. pengen nge blog tapi terlalu personal hahaha.... masih belum nemu tong sampah raksasa di sekitar gue hihi

PERTEMUAN KESEPULUH - Kami Bicara Tentang Perkawinan
(Pg158) "Ada beberapa aturan yang menurutku berlaku untuk cinta dan perkawinan: Kita akan mendapatkan banyak masalah apabila: tidak menghormati pihak yang lain,  Kalau kita tidak tahu cara berkompromi, Kalau kita tidak mampu bicara terbuka tentang apa pun yang terjadi di antara kita dan pasangan. Dan yang paling penting di antara nilai-nilai itu adalah keyakinan tentang pentingnya perkawinan kita."

"Saling mencintai atau punah"

Belajar terus mengaliri kasih sayang kepada orang-orang yang kamu cintai, baik melalui perhatian, kunjungan, ciuman, sentuhan tangan atau bahkan hanya dari chat "hai apa kabar?" Tahap perkawinan itu sebenarnya tidak hanya menyatukan dua orang saja menjadi satu tetapi masing-masing harus masuk ke dalam keluarga satu sama lain. Jadi yang dibilang Morrie itu cukup mendasar dan dasar itu harus kuat. "Keyakinan tentang pentingnya perkawinan kita." Maka segala rintangan dan cobaan di depan diyakini dapat kita lalui dengan baik. Hmm, bagus juga sebagai dasar ketika nanti gue berpacaran haha.

PERTEMUAN KESEBELAS - Kami Bicara Tentang Budaya
(Pg 163) Morrie percaya pada dasarnya semua orang itu baik, orang menjadi beringas ketika mereka merasa terancam dan kondisi itulah yang diciptakan oleh budaya kita selama ini. Setiap masyarakat mempunyai masalah masing-masing. Cara mengatasi situasi ini, menurutku, bukan lari atau menghindar. Kita harus berusaha menciptakan budaya kita sendiri yaitu pola pikir , pola nilai, dsb. Kita tidak boleh membiarkan siapa pun termasuk masyarakat yang menentukan bagi kita.
Dan masalahnya kita tidak percaya bahwa kita pada dasarnya sama, Kulit putih dan kulit hitam. Katolik dan Protestanm, laki-laki dan perempuan. Andaikata kita memandang semua orang lain sebagai sesama, kita mungkin akan berhasrat sekali untuk bergabung dalam sebuah keluarga besar umat manusia di seluruh dunia.

Pernah suka sama dia yang beda ras dan beda agama. pikir sana pikir sini. screw it ! yang jalanin gue toh, yahh pada dasarnya so what sih... banyak kok mereka yang beda ras pacaran, menikah dan punya anak. Anaknya cakep dan lucu lagi. Hmm, emang kita yang milih kita mau lahir di keluarga dengan ras A atau pun dia yang lahir di keluarga B sehingga kita ga boleh buat pacaran? Toh kadang ras sendiri malah membuat lo kecewa dan mengkhianati lo. masi tersesat disana gue... emang semua ras itu cap stereotip nya pasti pas dan cocok... Mungkin mempertahankan tradisi dan nilai hidup keluarga ? hala persettan... di kala susah saudara juga ga seikhlas itu buat bantuin lo.

Pergumulan itu sih masi belum bisa gue cerna, oleh karena itu gue ga pilih dengan si dia. karena budaya yang gue jalani sekarng masi memandang itu sebagai perbedaan, ya anggep aja salah satu kisah cinta masa muda. Menciptakan budaya sendiri ? hmmm emang jaman uda modern, tapi keluarga masih kolot bung. ciptakan perbedaan sendiri ? ketika gue cukup gila gue akan lakuin hal itu dan dimana gue rasa itu worth itu buat di perjuangin :)

PERTEMUAN KEDUA BELAS - Kami Bicara Tentang Maaf
(Pg.178)"Tidak hanya orang lain yang perlu kita maafkan, tetapi kita juga harus memaafkan diri sendiri." Kita tidak boleh berhenti pada penyesalan diri atas sesuatu yang semestinya terjadi. Itu tak da gunanya.

hmm maafin diri sendiri bzz... gue sih berasa memang banyakk melakukan hal bodoh baik dalam keluarga, pertemanan, dunia sehari-hari dan percintaan. Masih belum bisa maafin diri sendiri bahkan kadang gue belum berani mengucap kata maaf kepada orang di sekitar gue. sori gue belom sampai tahap itu. Gengsi, pergumulan dalam hati dst yang mengakibatkan ini semua. Gue bisa kok sebutin bahkan kesalahan yang gue perbuat hari ini... tapi gue masi mencoba belajar untuk menyebutkan kata maaf....

maaf ya kalau tulisan gue disini ada yang mengacu kepada kalian haha.. kalau memang iya lo berasa, berarti lo bagian dari orang-orang penting di hidup gue, walau selek atau apa, tapi kalian yang membentuk gue hari ini hihi terima kasih :)

PERTEMUAN KETIGA BELAS - Kami Bicara Tentang Hari yang Paling Baik
(Pg186) "Selama kita dapat saling mencintai, dan mengingat rasa cinta yang kita miliki, kematian tidak dapat membuat kita harus berpisah. Semua kasih dan kenangan yang kita berikan akan tetap ada. Kita akan hidup terus dalam semua hati siapapun yang pernah kita sentuh dengan kasih sayang. Kematian menghakhiri hidup, tetapi tidak mengakhiri sebuah hubungan."

Yup benar sekali, kasih sayang dan perhatian bokap gue masih terus gue rasakan dan gue bayangkan karena dia pernah ada dalam hidup gue. Raga nya memang sudah tiada, tapi kasih sayangnya selalu dan akan selalu gue ingat :) lov u paa....

PERTEMUAN KEEMPAT BELAS - Kami Saling Mengucapkan Kata Perpisahan
(Pg. 198) Aku tidak tahu cara mengucapkan kata perpisahan. Ia menepuk tanganku dengan lemaj, dan memeganginya agar tetap di atas dadanya. "Inilah ... cara kita.... mengucapkan...... kata .... perpisahan...."

Gue ga sempat mengucapkan kata perpisahan ke bokap gue, pdahal malam itu dia datang ke kamar gue dengan bermaksud ingin mengajak ngobrol tapi gue justru sedang asiknya bermain hape. Hmm kalau memang bisa memilih gue ingin mengucapkan "Pa, selamat jalan semoga kamu tenang disana, relakan dirimu untuk yang kuasa. Kalau ini memang sudah jalannya, maka itu lah yang terjadi. Tidak usah mengkhawatirkan aku dan mama. Aku sayang papa."


Huft selalu menitikkan air mata ketika berbicara topik ayah gue.... dialah yang terbaik dengan segala kekurangannya. dialah yang tersabar dengan segala emosinya. dialah yang tersayang dengan segala kecuekannya. dialah yang kukasihi selama hidupnya.

Buat yang mau tau tentang kisah papa gue, ada di blog ini juga kok :)

Sekian quotes dan aplikasi "Tuesday With Morrie" dalam kehidupan gue. Feel free to share your story here. Buat saran dan masukannya silahkan di isi di kolom komen :) Buku ini cocok buat kalian agar lebih menghargai hidup dan menjalani hidup tanpa penyesalan. resapi, saling mencintai atau punah....

Monday, December 7, 2015

Tuesday With Morrie - Pandangan Hidup dengan Perspektif Berbeda (Bagian I)

Hai, Buku "Tuesday With Morrie" mungkin sudah banyak yang tahu, membaca bahkan menjadikannya sebagai buku favorit kalian. Untuk gue sendiri tahu buku ini karena dikenalkan salah satu teman kuliah dan dipinjami buku versi English, sayang waktu itu tidak sempat membaca habis. Baru saja gue melalap habis buku tersebut dalam versi Indonesia. Jauh lebih tebal ya yang versi Indo. Thanks to Cynthia Lamanda yang uda minjemin buku ini dan Hengky Pangestu yang dlu rekomendasikan buku ini dan sempet pinjemin versi inggris nya juga ;)

Versi Inggris

Yuk langsung aja, buku ini merupakan sebuah thesis yang dibuat pengarangnya sendiri yaitu Mitch Albom bersama dosen favoritnya, Morrie Schwartz yang telah mendekati ajalnya karena penyakit ALS. Mitch sangat menyukai sang profesor saat di bangku kuliahnya. Mereka sering menghabiskan waktu di luar jam kuliah, mengobrol, mendiskusikan berbagai hal terutama sosiologi yang diajarkan Moorie dan sampai pada tahun terakhir Mitch akhirnya wisuda. Pelukan hangat Moorie dan Mitch merupakan pertemuan terakhir sampai enam belas tahun kemudian, Mitch melihat sosok yang tak asing di televisi.

Mitch lahir dari keluarga kecil yang tak memiliki banyak harta. Adiknya terkena Polio di masa kanak-kanaknya, Ibunya meninggal pada usia Mitch 8 tahun. Ayahnya seorang Rusia yang jarang berkomunikasi dan mencurahkan kasih sayang layaknya seorang ayah kepada anaknya. Akan tetapi Mitch tidak tenggelam dalam kemiskinan keluarganya, ia terus belajar dan berusaha sampai mendapatkan gelar Phd nya. Ia tidak ingin melanjutkan ke bidang kedokteran karena ia takut melihat darah. Ia pun tidak ingin melanjutkan ke bidang hukum karena ia membenci sesuatu yang tidak memiliki rasa kasihan. Ia pun akhirnya mengabdikan dirinya sebagai seorang dosen sosiologi di sebuah universitas. Ia seorang yang ramah, santai, pandai bergaul, berwawasan luas, berhati damai dan pembelot kehidupan. Mengapa gue sebut demikian... kita lanjutkan dulu ke bagian berikutnya.

Setelah sedikit gue membeberkan latar belakang Mitch, kali ini gue akan bercerita sedikit tentang Morrie. Morrie yang tadinya belum mengenal Mitch, hanyalah mahasiswa tanpa semangat belajar. Setelah masuk ke kelas Sosiologi pertama bersama Mitch, Ia menjadi semangat dan merasa dihargai. Baginya Mitch bukan hanya seorang dosen tetapi juga sebagai teman. Ketika akhirnya dia lulus dari bangku kuliah, ia pun akhirnya terjun sebagai reporter dunia olahraga. Tulisan-tulisannya muncul di berbagai media cetak maupun televisi. Namun ternyata para serikat buruh akhir-akhir ini berdemo meminta keadilan yang berujung pada terancamnya posisi Mitch untuk tidak dapat lagi memangku posisinya sebagai reporter.

Awalnya ia merasa bahwa dunia tidak akan sama apabila, masyarakat tidak lagi membaca ulasannya di koran. Namun nyatanya, dunia tetap berjalan begitu adanya walau tanpa keberadaan dirinya. Sampai suatu hari ia melihat wajah Moorie di sebuah acara televisi. Duduk di kursi rodanya dan bercerita tentang kisah hidupnya yang akan mendekati ajal. Tiba-tiba hati Mitch tertegun dan merasa wajib untuk mengunjungi dosennya itu. Ia memutuskan untuk terbang ke New York untuk berkunjung menemui Moorie. Awalnya terasa begitu canggung karena ia malu telah begitu lama "melupakan" dosen favoritnya.

Namun pertemuan pertama berlanjut sampai pertemuan ke empat belas, setiap hari selasa. Mitch datang ke rumah Moorie untuk membuat sebuah thesis tentang kehidupan. Setiap minggu mereka membahas topik-topik sensitf seputar kehidupan. Moorie yang menunggu waktu mendekati ajal membagikan cara pandang hidup yang kebanyakan diantara luput dari perhatian kita. Nah berikut ini gue akan mengambil beberapa kalimat yang diajarkan di setiap pertemuan mereka untuk gue ambil intisarinya dan gue kaitkan dengan kehidupan serta lingkungan yang gue hadapi.



PERTEMUAN PERTAMA - Kami Berbicara Tentang Dunia
(Pg55) Yang paling penting dalam hidup adalah belajar cara memberikan cinta kita, dan membiarkan cinta itu datang. Kita mengira bahwa kita tak usah peduli dengan cinta, kita mengira bahwa kalau terpengaruh kita akan jadi lembek. Tapi, orang bijak bernama Levinas pernah berkata "Cinta adalah satu-satunya perbuatan yang rasional."

Sejujurnya gue masih suka malu, gengsi dan takut dalam menyampaikan rasa cinta gue ke orang-orang terdekat, even to my mom or sister. Bukan kebiasaan gue untuk mengatakan "Aku sayang mama, aku sayang cici dst", bahkan ketika gue menyukai seseorang pun gue takut untuk berkata "gue suka sama lo".
Mungkin dengan lebih banyak mengekspresikan rasa cinta gue, diri gue akan terasa lebih hidup dan ringan :)

PERTEMUAN KEDUA - Kami Berbicara Tentang Mengasihani Diri Sendiri
(Pg61) "Aku memberi kesempatan kepada diriku untuk menangis kalau itu perlu. Tapi setelah itu aku memusatkan perhatianku kepada segala hal yang masih baik dalam hidupku. Alangkah baiknya bila orang dapat menahan diri untuk tidak menangisi diri berkepanjangan. Cukup beberapa tetes air mata setiap pagi, lalu bersyukur atas kesempatan yang didapatkan untuk kemudian menghadapi hari yang tegar."

Kadang rasa kesal yang gue rasakan dalam dada memuncak dan akhirnya air mata mengalir. Kesal karena tidak dapat menerima keadaan yang terjadi termasuk ketika bokap gue meninggal. Hmm, masi kadang gue suka menangis mengingat waktu-waktu yang gue habiskan dengan bokap berdua atau bersama keluarga. Air mata gue memang telah kering, namun kerelaan itu masih belum bisa gue berikan seutuhnya. Gue berusaha menjalankan hidup dengan tegar, bersyukur atas kejadian ini. Berusaha mencari nilai positif dan optimis ;)

PERTEMUAN KETIGA -  Kami Bicara Tentang Penyesalan Diri
(Pg68) Mitch bertanya kepada Morrie penyesalan apa yang dirasakannya begitu tahu bahwa kematiannya sudah di ambang pintu. Apa saja yang ingin diperbaikinya, apakah kau terhanyut dalam kekecewaan karena semua yang telah terlewatkan, ataupun menyesal karena telah menyimpan begitu banyak rahasia.
"Budaya kita tak mendorong kita memikirkan hal-hal semacam ini sampai kematian hanmpir menjemput kita, Kita begitu terbelit dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan duniawi, karir, uang mobil baru dll. Maka kita tidak terbiasa berdiam diri sejenak untuk merenungkan hidup kita dan berkata "Hanya inikah yang kuinginkan? Adakah sesuatu yang hilang?"

Mungkin maksud dari pernyataan diatas, bahwa kita jangan sampai menyesal atas apapun pilihan hidup kita. Kalau memang sudah terlanjur, jalanilah dan nikmatilah. Kalau membicarakan penyesalan gue masuk jurusan Fikom itu seperti sebuah jalan kesasar loh, padahal gue suka masak dan menyukai dunia memasak. Tetapi gue selalu coba untuk nikmati dan jalani jalan yang telah gue pilih. Masuk ke dunia komunikasi, membuat diri gue untuk lebih berani dalam mengungkapkan pendapat, gagasan, dan menonjolkan diri sebagai seorang pemimpin. Ilmu-ilmu yang gue dapatkan menjadi senjata kecil untuk menghadapi dunia di luar sana :)

PERTEMUAN KEEMPAT - Kami Bicara Tentang Kematian
(Pg86) Setiap orang tahu mereka akan mati, tapi tak seorang pun percaya itu akan terjadi pada mereka sendiri. Kalau saja kita percaya, kita akan mengerjakan segala sesuatu secara berbeda. Kebanyakan kita hidup seperti orang yang berjalan sambil tidur. Kita sesungguhnya tidak menghayati dunia ini secara penuh, karena kita separuh terlelap, mengerjakan semuanya yang terpikir oleh kita. Ketika sadar bahwa kita akan mati, kita melihat segala sesuatu secara berbeda. Belajar tentang cara mati, maka kita belajar tentang cara hidup.

Intinya sih jangan terlalu terpaku dengan sesuatu yang bersifat kebendaan. Untuk apa sih pakai baju bermerek toh tetap saja fungsi nya hanya menutup aurat dan melindungi badan dari cuaca langsung. Tetapi di masyarakat, kita dipandang dari apa yang kita kenakan. Gue si sering kali berpikir pakai baju apa ya biar kelihatan menarik dst. Gue masih berpikir tentang kebendaan, walaupun sering kali ketika melihat seseorang yang berpenampilan serba wah sambil dalam hati "gwela emang ga cukup ya pakai jam tangan biasa, gimana ya rasanya pas mau beli hanya sebuah jam tangan tapi harga nya puluhan juta rupiah....." naif.....

 PERTEMUAN KELIMA - Kami Bicara Tentang Keluarga
(Pg96) Sesungguhnya, selain keluarga, tidak ada fondasi atau landasan kokoh yang memungkinkan manusia bertahan sampai saat ini. Tanpa dukungan, cinta, kasih sayang dan perhatian yang kita peroleh dari keluarga, kita seperti tidak memiliki apapun.

Yup intinya ketika lo menghadapi kesulitan apapun keluarga lo pasti akan dukung lo. Gue jadi ingat ketika gue putus sama pacar gue jaman SMA. Cici gue dan gue lagi nonton film drama Taiwan, dan kebetulan memang cerita nya sedih, gue nangis kan, tapi nangis nya nyampur. 20% nangis film 80% nangis karna putus.. huhu.. tapi cici gue bilang gini "wa bsok kalo mata lo bengkak bilang aja abis nonton film taiwan, kan ini lo lagi nonton." HAHA walaupun ga dengan cara yang terbuka tapi gue berasa itu seperti hiburan kecil di kala gue merana.

Trus ada satu lagi haha, jaman setahun yang lalu sepertinya. Gue lagi bazaar di sebuah tempat dan ternyata penjualan sangat sedikit karena ada pesaing gue yang hanya berjarak 2 stand. Pas gue telpon ke cici gue, gue lsg terisak cengeng wkwk. lalu cci gue langsung bilang "Ngapain nangis sih, bla3...." gue bahkan lupa dia bilang apa wkwkw.. intinya saat itu gue merasa terhibur dan di rangkul ketika menghadapi masalah.

PERTEMUAN KEENAM -  Kami Bicara Tentang Emosi
(Pg 109) Salah satu ajaran Buddhisme, Jangan mengikatkan diri pada kebendaan, karena segala sesuatu tidak kekal.  Ayo Matikan Perasaanmu. Bagaimana caranya ?
Kita harus membiarkan pengalaman meresap secara penuh, Itulah sebabnyya kemudian kita bisa mematikan rasa. Kita harus membiarkan diri mengalami segala emosi yang sedang kamu rasakan, jangan terlalu sibuk menghadapi rasa takut. Dengan membiarkan diri mengalami emosi-emosi ini, dapat membiarkan diri terjun ke dalamnya, sampai sejauh-jauhnya, kita akan mengalaminya secara penuh dan utuh.
Betapa sering kita merasa kesepian, kadang sampai sangat ingin menangis tetapi kita berusaha keras untuk tidak mengeluarkan air mata karena kata orang kita tidak boleh menangis.

Hmm, ketika gue kesepian gue merana dan menangis apalagi ketika ingat masa-masa senang bersama bokap. Sehabis itu gue menyeka air mata dan beraktifitas seperti biasanya. Karna gue sudah mengalami dan meresapi nya secara utuh.
Ketika nonton bioskop bersama teman2, ada bagian sedih dimana memang gue pasti mengeluarkan air mata, tapi gue tahan sampai akhirnya cuma berada di ujung mata. Gengsi kalau kata orang.
Bahkan belakangan ini, ketika drama singapur yang gue tonton memperlihatkan kesedihan yang mirip dengan yang gue alami, gue langsung kabur dan tidak mau lanjut menonton, karena gue tau gue akan menangis meraung-raung... huff takut menghadapi kesedihan...
Ada juga ketika gue menyukai seseorang dan tidak berani mengungkapkannya sampai akhirnya semua berubah dan membuat keadaan menjadi runyam. Sebaiknya dalami dan selalu ambil keputusan tanpa penyesalan :)

PERTEMUAN KETUJUH - Kami Bicara Tentang Takut Menjadi Tua
(Pg125) Semakin bertambah usia kita, semakin banyak yang kita pelajari. Penuaan tidak hanya berarti pelapukan, tetapi juga pertumbuhan. Penuaan tidak hanya bermakna negatif, bahwa kita mengerti kenyataan bahwa kita akan mati, dan karena itu kita berusahan untuk hidup dengan cara yang lebih baik.
Jika kalian terus bersikeras melawan proses penuaan, kalian akan selalu merasa tidak bahagia, karena bagaiamanapun itu akan terjadi. Justru kita harus mencari apa yang baik, benar, dan indah dalam masa hidup kita yang sedang kita jalani

Gue melihat nyokap gue rasanya dia begitu menikmati hidup di umurnya sekarang, walaupun Ia masih harus bekerja banting tulang di umurnya yang sudah tidak muda lagi. Tetapi ia meresapi apa yang di jalani sekarang. Kebebasan yang ia miliki, waktu luang, teman-teman, menengok cucu dan merencanakan liburan bersama kawan. Senang rasanya melihat Ia begitu bersemangat untuk mendapati semua hal yang baik. Semoga mendapatkan semua yang baik :)


www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net